Senin, 25 November 2013

INOVASI PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE sebagai  ENVIRONMENTAL EDUCATION CENTER
di KOTA PROBOLINGGO

Probolinggo merupakan kota yang cukup memiliki sumber daya pesisir yang sangat besar. Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Ekosistem utama di daerah pesisir adalah ekosistem mangrove. Oleh karena itu, Kota Probolinggo memiliki banyak kawasan hutan mangrove yang memang perlu digali potensinya.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Mangrove banyak ditemukan pada daerah pantai yang terlindung, terjadi antara rata-rata permuakaan laut terendah dan rata-rata tinggi air pasang penuh dalam garis pasang surut, muara dan di beberapa terumbu karang yang telah mati.
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, tempat hidup  bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, pariwisata, penelitian, pendidikan, dan penghasil bibit.
            Berdasarkan paparan di atas, hutan mangrove yang terdapat di Kota Probolinggo dijadikan tempat wisata bagi masyarakat Kota Probolinggo. Kawasan ini kerap kali dijadikan tempat pembelajaran para pelajar di Kota Probolinggo untuk melakukan penanaman bibit sebagai bentuk pelestarian lingkungan. Wisata ini merupakan objek wisata yang belum lama ini diresmikan oleh Bapak Walikota Probolinggo. Hutan mangrove di Kota Probolinggo ini tersebar di wilayah Kelurahan Ketapang, Kelurahan Pilang, Kelurahan Sukabumi dan Kelurahan Mayangan. Ini merupakan wisata yang baik dan bagus dan berperan pada lingkungan, maka dari itu, pengembangan objek wisata Mangrove perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan wisata Mangrove merupakan salah satu wisata yang berperan dalam lingkungan  Kota Probolinggo.
            Salah satu potensi yang dimiliki Kota Probolinggo yaitu hutan mangrove yang tersebar di beberapa kelurahan memang perlu dikembangkan. Pengembangan ini dilakukan salah satunya untuk memperkenalkan kepada masyarakat banyak, tentang potensi lingkungan yang dimiliki Kota Probolinggo. Sehingga tidak hanya masyarakat dan pelajar Kota probolinggo saja yang mengenal dan mengunjungi objek wisata tersebut, tetapi juga masyarakat dan pelajar dari berbagai daerah lainnya sebagai pusat pembelajaran lingkungan hidup.
            Jika pengembangan hutan mangrove ini memang benar-benar dimajukan dan dijadikan sebagai objek wisata yang memiliki fasilitas pembelajaran lingkungan yang kompleks, maka akan berdampak pula pada pemasukan Kota Probolinggo itu sendiri. Hal ini tentu sangat menguntungkan Kota Probolinggo.
            Sebenarnya pengembangan yang dapat dilakukan demi kemajuan objek wisata hutan mangrove, tidak hanya sebatas penanaman bibit hutan mangrove, resort, dan wisata air saja. Tetapi, kawasan hutan mangrove ini memang benar-benar dikembangkan sebagai pusat pendidikan lingkungan hidup. Pusat pendidikan lingkungan hidup ini diantaranya :

a) Kawasan hutan mangrove dapat dikembangkan dengan adanya pembelajaran tentang pengelolaan sampah
   
Peserta akan di ajak belajar bagaimana mereka bertanggung jawab terhadap sampah mereka sendiri dengan prinsip mengurangi, mendaur ulang, dan menggunakan kembali. Sehingga diperlukan kawasan di dalam objek wisata hutan mangrove khusus sebagai tempat pengelolaan sampah. Sehingga nantinya, para wisatawan tidak hanya berkeliling menikamati suasana hutan mangrove dan melakukan pembelajaran penanaman bibit saja, tetapi mereka juga dapat melihat bagaimana cara-cara dalam mengelola sampah.
Misalnya area dari objek wisata hutan mangrovei, kita manfaatkan sebagai tempat pembelajaran cara management sampah. Sehingga, pengunjung hutan mangrove bisa mendapatkan pengetahuan tentang hal tersebut. Oleh karena itu, dalam mewujudkan metode pembelajaran lingkungan hidup di kawasan hutan mangrove tersebut benar-benar perlu memanfaatkan area di sepanjang jalan ketika pengunjung menikmati hutan mangrove.

b) Souvenir dari bahan tak termanfaatkan


Para pengunjung juga dapat diajak melakukan dan memanfaatkan barang-barang yang tak terpakai menjadi sebuah barang yang berguna bahkan bernilai ekonomis. Secara tidak langsung, objek wisata mangrove telah menerapkan berbagai pembelajaran lingkungan hidup yang sangat bermanfaat bagi pengunjung terutama pelajar dan masyarakat Kota Probolinggo.
Kita dapat memanfaatkan area tersebut sebagai pembuatan barang-barang tak termanfaatkan menjadi souvenir, dan barang lainnya. Sehingga, memang dibutuhkan tenaga kerja ahli sebagai pendamping dan untuk mempraktekkan pembuatan tersebut di lokasi itu.





c). Energi Teknologi Tepat Lingkunga


            Sebagai objek wisata hutan mangrove yang mengutamakan pendidikan lingkungan hidup, penulis menyarankan agar kawasan hutan mangrove dijadikan sebagai media pembelajaran dengan menyediakan dan menciptakan tenologi yang tepat lingkungan. Misalnya dalam kawasan hutan mangrove dibangun sebuah teknologi yang dapat menyerap dan mengubah sinar matahari menjadi energi terbaru dan berbagai macam teknologi lainnya. Sehingga dari sini, ketika pengunjung sedang menyusuri kawasan hutan mnagrove mereka dapat melihat dan melakukan pembelajaran dari hal tersebut.
            Kita dapat meletakkannya, di lokasi-lokasi yang kosong. Sehingga para pengunjung dapat memiliki pengetahuan lebih ketika melihat sebuah teknologi pembelajaran berbasis lingkungan hidup tersebut. Karena, sangatlah rugi jika area-area kosong di dalam hutan mangrove tidak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran lainnya, yang tentunya akan berdampak positif bagi pengunjung yang sedang mengelilingi kawasan mangrove tersebut.

d) Ecological Friendly Technology FUN Learning

Maksud dari Ecological Friendly Technology FUN Learning adalah metode pembelajaran yang dapat dengan mudah diserap oleh seseorang dengan hanya membaca pada sebuah papan seperti selayaknya papan informasi. Kawasan objek wisata hutan mangrove juga dapat dilengkapi dengan papan-papan informasi yang berisi tentang berbagai pembelajaran lingkungan hidup. Dengan adanya papan informasi tersebut dapat menambah wawasan pengunjung terutama masyarakat dan pelajar Kota Probolinggo.
Papan informasi tentang pembelajaran lingkungan hidup tersebut dapat diletakkan di sepanjang jalan menyusuri hutan mangrove tersebut yang nantinya mudah dibaca ataupun dijangkau oleh para pengunjung tersebut.



e) Sekolah Berbudaya Adiwiyata 

                Dengan adanya objek wisata hutan mangrove, juga sangat menguntungkan bagi sekolah-sekolah berbudaya diwiyata. Mereka tidak perlu jauh-jauh pergi ke kota lain untuk mendapatkan pembelajaran tentang lingkungan hidup yang begitu kompleks. Tetapi mereka cukup menikmati kawasan hutan mangrove yang telah menyediakan berbagai fasilitas pembelajaran lingkungan hidup selain penanaman bibit mangrove. Seperti yang telah kita ketahui, banyak sekolah di Kota Probolinggo yang telah menyandang status sebagai sekolah adiwiyata.

f) Tanaman Obat dan Pengobatan Tradisional

Kawasan objek wisata hutan mangrove juga dapat mengembangkan kawasan tanaman obat dan pengobatan tradisional. Dengan mempelajari berbagai jenis tanaman obat serta fungsinya, diharapkan para pengunjung hutan mangrove dapat memilih sarana untuk menjaga kesehatan secara alami, murah, sekaligus agar bisa lebih menghargai keberadaan tanaman obat sebagai salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.
            Untuk mewujudkan hutan mangrove yang bisa dijadikan pengenalan tanaman obat dan pengobatan tradisional kepada para pengunjung diperlukan sebuah bangunan semacam bangunan resort di kawasan hutan mangrove yang khusus untuk meletakkan berbagai macam tanaman tersebut. Sehingga, dari sini didapatkan unsur edukasi tentang pengenalan tanaman obat.

Beberapa fasilitas lainnya yang bisa dikembangkan di kawasan objek wisata hutan mangrove sebagai kawasan pusat pendidikan lingkungan hidup diantaranya :

a) Perpustakaan

Untuk menambah referensi program dan kegiatan serta informasi dan wawasan, obej wisata hutan mangrove menyediakan perpustakaan dengan berbagai judul dan topik buku, majalah, koran, dan lain-lain. Dengan penataan ruangan yang unik dan sederhana, pembaca ataupun pengunjung bisa menikmati suasana dengan tenang. Selain peserta program, masyarakat umum dapat menggunakan perpustakaan tersebut untuk mencari informasi yang diperlukan.

b) Restoran

Objek wisata mangrove sebaiknya juga menyediakan sebuah restoran alas yang desain bangunan dan letaknya memang benar-benar mencerminkan suasana lingkungan. Alangkah baiknya lagi jika makanan yang terdapat dalam restoran hutan mangrove ini menyajikan dan menyediakan berbagai jenis makanan yang bersifat ekologis. Mulai dari bahan baku, proses pemasakan sampai ke penyajiannya diusahakan menghindari pemakaian berbagai bahan kimia tambahan (pemanis, perasa, pengawet dan pewarna buatan). Hal ini dilakukan agar benar-benar mencerminkan objek wisata mangrove yang berbasis lingkungan hidup.

 Resort dari hutan mangrove di kawasan kelurahan mayangan Kota Probolinggo. Tetapi resort yang terdapat di kawasan hutan mangrove tersebut tidak menerapkan sistem masakan yang berbahan dasar organik. Karena jika resort hutan mangrove tersebut menyediakan berbagai macam makanan berbahan dasar organik akan menarik minat para pengunjung dan itu merupakan cermin dari pusat pembelajaran lingkungan hidup.
Selain itu, diusahakan pula harga dari masakan-masakan di resort hutan mangrove dapat dijangkau oleh para pengunjung. Faktanya banyak para pengunjung mengeluhkan mahalnya harga menu di resort tersebut. Hal ini membuat para pengunjung juga enggan untuk mengunjungi resort tersebut kembali. Padahal resort tersebut sangat berperan dalam menunjang ketertarikan masyarakat.

c) Guest House

Guest House (penginapan tamu) di desain dengan desain yang unik yang mampu memberikan suasana ketenangan yang alami dan konsentrasi bagi wisatawan yang mengunjungi hutan mangrove.

d) Outbond




                Dengan adanya fasilitas outbond, para pengunjung tidak hanya belajar tentang pelestarian lingkungan hidup saja, tetapi mereka juga dapat melakukan berbagai permainan sendari melepas lelah setelah melakukan beberapa pembelajaran lingkungan hidup. Sehingga menambah kompleks objek wisata hutan mangrove.
Dengan dikembangkannya objek wisata hutan mangrove seperti beberapa penjelasan di atas, tentu sangat menguntungkan berbagai pihak, terutama bagi beberapa sekolah adiwiyata di Kota Probolinggo. Karena mereka tidak perlu jauh-jauh melakukan studi lingkungan sebagai sekolah adiwiyata ke objek wisata lainnya di luar kota.
            Selain itu, untuk mengembangkan objek wisata hutan mangrove, memang sangat diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Terutama dalam hal pembiayaan kawasan hutan mangrove yang akan dikembangkan. Selepas dari itu semua, Kota Probolinggo memang sangat perlu memajukan hutan mangrove yang sebenarnya tidak hanya dilakukan penanaman bibit mangrove saja tetapi perlu dilakukan pembelajaran-pembelajaran lainnya terutama berkaitan dengan lingkungan hidup. Hal ini, tentu akan menarik para wisatawan dari berbagai daerah untuk menikmati berbagai pembelajaran lingkungan hidup dalam objek wisata hutan mangrove. Sehingga sangatlah layak ketika Kota Probolinggo yang memiliki potensi akan Hutan Mnagrove yang bergerak di bidang lingkungan dijuluki sebagai Kota atau objek wisata mangrove “Environmental Education Center”.

        Beberapa pengembangan objek wisata hutan mangrove tersebut, penulis juga berharap dan menghimbau kepada seluruh masyarakat dan pelajar Kota Probolinggo agar tetap menjaga dan melestarikan kawasan mangrove yang merupakan potensi di bidang lingkungan yang dimiliki Kota Probolinggo. Selain itu, sangatlah disayangkan, ketika potensi ini tidak dikembangkan sebagai objek wisata yang menarik dan mengandung beberapa pembelajaran lingkungan hidup yang edukatif.